PROCEEDING NATIONAL SEMINAR GERMAS 2018 https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18 <p><strong>PROCEEDING NATIONAL SEMINAR GERMAS 2018</strong></p> en-US PROCEEDING NATIONAL SEMINAR GERMAS 2018 EFEKTIVITAS IMUNISASI CAMPAK TERHADAP INCIDENCE RATE PENYAKIT CAMPAK DI INDONESIA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/345 <p>Campak merupakan penyakit endemik di negara berkembang. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Oleh sebab itu, pentingnya peranan imunisasi campak dalam menurunkan angka kematian anak, sehingga imunisasi campak menjadi salah satu indikator dalam menurunkan angka kematian anak. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas imunisasi campak terhadap incidence rate campak di Indonesia. Metode: Jenis penelitian menggunakandeskriptif analitikdengan pendekatan retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, untuk menggambarkan pelaksanaan program pengendalian penyakit campak di Indonesia pada tahun berikutnya. Metode statistik yang digunakan adalah statistik parametrik dengan uji Regresi Linear Sederhana. Hasil: Gambaran cakupan imunisasi campak di Indonesia selalu di atas 90% sejak tahun 2008. Cakupan imunisasi campak di tahun 2016 sedikit meningkat dari tahun 2015, yaitu sebesar 93,0%. Menurut provinsi, terdapat sebelas provinsi yang berhasil mencapai target 95%. Sedangkan provinsi dengan cakupan imunisasi campak terendah yaitu Kalimantan Utara (57,8%), Papua (63,5%) dan Aceh (73,5%).Provinsi Aceh, Jambi dan Kepulauan Riau merupakan provinsi dengan nilai IR campak tertinggi.Menurut kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun (32,0%) dan kelompok umur 1-4 tahun (25,0%). Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan cakupan imunisasi campak berpengaruh terhadap incidence rate penyakit campak dengan signifikansi sebesar 0,048. Cara efektif mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi balita pada usia 9 bulan (&lt;1 tahun). Kesimpulan: Imunisasi campak dapat upaya pencegahan bagi anak karena memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit termasuk campak</p> Agus A. Adriansyah Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI DENGAN TINDAKAN KESIAPSIAGAAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN DI PONDOK PESANTREN AL FITRAH KEDINDING, KOTA SURABAYA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/346 <p>Latar belakang: Penerapan K3 di berbagai sektor perlu diterapkan salah&nbsp;satunyadi lembaga pendidikan karena memiliki potensi bahaya dan risiko yang ditimbulkan dari proses kegiatan maupun bencana yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Kejadian kebakaran di lembaga pendidikan khususnya di Ponpes pernah terjadi di Indonesia dan mengakibatkan kerugian berupa korban jiwa dan kerugian materil. Oleh karena itu perlunya&nbsp;mengukur tindakan kesiapsiagaan dari pihakponpes ketika menghadapi&nbsp;bencana sehingga dampaknya dapat diminimalkan. Tujuan:Mengetahui&nbsp;hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan tindakan kesiapsiagaan&nbsp;dalam penanggulangan bencana kebakaran di pondok pesantren Al FitrahKedinding Kota Surabaya. Metode: Jenis Penelitian ini adalah&nbsp;observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel&nbsp;sebanyak 49 santri yang diambil secara Accidental Sampling yang telah&nbsp;memenuhi kriteria. Data mengenai karakteristik responden, tingkat&nbsp;pengetahuan, tindakan kesiapsiagaan diperoleh dari hasil wawancara dengan&nbsp;para santri.&nbsp;Hasil:Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 36 orang (73.5%) santri&nbsp;memiliki tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran&nbsp;dengan kategori kurang, dengan tingkat pengetahuan dalam kategori sedang&nbsp;(65.3%). Hasil uji menggunakan chi square test menunjukkan bahwa&nbsp;terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan santri dengan&nbsp;tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran (p=0.000).&nbsp;Kesimpulan:Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara&nbsp;tingkat pengetahuan dengan tindakan kesiapsiagaan dalam penanggulanganbencana kebakaran, sehingga para santri sebaiknya lebih waspada dan rapi&nbsp;dalam meletakkan barang yang berhubungan dengan listrik sehingga potensi&nbsp;bahaya yang bisa menyebabkan kebakaran dapat dihindari dan bagi&nbsp;pengurus pondok pesantren sebaiknya perlu membuat kebijakan dalam&nbsp;penerapan manajemen bencana di pondok pesantren yang melibatkan&nbsp;pengurus, tim pengajar, santri dan seluruh pihak yang menitiberatkan pada&nbsp;program kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana</p> Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 MODEL PENCEGAHAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT (TB – MDR) UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN TBMDR https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/348 <p>Pendahuluan:Kuman yang menyebabkan tuberkulosis dapat menjadi resisten terhadap obat antimikroba yang digunakan untuk membunuh kuman TB. Resistansi kuman M.tuberculosis terhadap obat anti tuberculosis (OAT) adalah keadaan di mana kuman tersebut sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT lini pertama, setidaknya terhadap isoniazid dan rifampicin. Indonesia menduduki rangking ke 8 dari 27 negara-negara yang mempunyai beban tinggi TB - MDR. Kabupaten Gresik tidak termasuk ke dalam 10 besar kabupaten di Jawa Timur yang mempuyai insiden TB terbanyak, namun Kabupaten Gresik merupakan kabupaten dengan proporsi kasus TB – MDR diantara kasus TB tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2015. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian case – control. Populasi kasus penelitian adalah seluruh penderita TB-MDRdan populasi kontrol adalah seluruh penderita TB yang dinyatakan sembuh. Hasil: Berdasarkan hasil analisis model pencegahan TB-MDR yaitu penghasilan keluarga (OR = 2,752 CI95% (1,117-6,781), DM (OR = 5,635 CI95%(1,838-17,278), PMO (OR = 4,626 CI95% (1,671-12,806) dan waktu tempuh (OR = 2,708 CI95% (1,109-6,615). Variabel yang bukan merupakan model pencegahan TB-MDR adalah umur, jenis kelamin dan pendidikan. Kesimpulan: Pencegahan terjadinya TB-MDR dapat dilihat dari aspek penghasilan keluarga, diabetes mellitus, PMO dan waktu tempuh kepelayanan kesehatan.</p> Ariska P. Hidayathillah Chatarina U. Wahyuni Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 ANALISIS USIA DAN PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN RANGKAH 1 SURABAYA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/349 <p>Usia adalah faktor dominan terjadinya diare, demikian juga diare&nbsp;lebih sering berhubungan dengan makanan, minuman, dan hygiene&nbsp;perorangan serta sanitasi lingkungan. Salah satu hygiene seseorang adalah cuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan berpengaruh terhadap kesehatan&nbsp;anak. Rendahnya perilaku orang tua untuk membiasakan anak mencuci&nbsp;tangan menggunakan sabun sebelum makan belum terpenuhi secara&nbsp;maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia dengan kejadian diare dan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare di SDN&nbsp;Rangkah 1 Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional. Populasi adalah semua murid kelas 1 sampai kelas 6 SDN&nbsp;Rangkah 1 Surabaya sebesar 40 murid. Sampel penelitian ini ada 36&nbsp;responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random&nbsp;sampling. Analisa data menggunakan uji kendall (usia dengan kejadian diare) dan prilaku cuci tangan dengan kejadian diare menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur rata rata 16,7 %, Prilaku cuci tangan sebagian besar (80,6%) baik dan kejadian diare sebagian besar (63,9%) baik. Berdasarkan hasil uji statistik kendall’s di&nbsp;dapatkan hasil P value = 0,018&lt; α (0,05), yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara usia dengan kejadian diare di SDN Rangkah 1 Surabaya dan Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman, didapatkan&nbsp;nilai P value = 0,000 &lt; α (0,05), yang berarti Ho ditolak artinya ada&nbsp;hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare di SDN Rangkah 1 Surabaya. Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar jumlah perilaku cuci tangan mempengaruhi kejadian diare. Saran terhadap orang&nbsp;tua atau guru untuk memotivasi anak selalu cuci tangan sejak dini</p> Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA DI PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNUSA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/350 <p>Status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur. Status gizi dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kemampuan mahasiswa dalam menangkap pelajaran. Tujuan mengetahui karakteristik berdasarkan umur dan jenis kelamin, status gizi, IPK, dan hubungan antara status gizi dengan IPK mahasiswa semester 3 dan 7 di Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat UNUSA. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 3 dan 7 Prodi IKM Fakultas Kesehatan UNUSA. Teknik pemilihan sampel dengan cara Purposive Sampling dan jumlah sampel sebesar 104 mahasiswa. Instrumen dalam penelitian adalah pengukuran (berat badan dan tinggi badan) kemudian dihitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan dokumenter (pengumpulan rata-rata nilai IPK). Analisis data dilakukan menggunakan uji deskriptif. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan mahasiswa berumur 20 tahun (34,6%) dan berjenis kelamin perempuan (76,9%). Kategori status gizi normal (55,8%), sedangkan obesitas terbanyak kedua setelah status gizi normal, yaitu (19,2%). Paling sedikit responden berstatus gizi gemuk (6,7%). Berdasarkan IPK sebagian besar pada IPK &gt;3,50 (50%). Responden yang memiliki IPK &lt; 3,00 (2,9%). Rata-rata IPK responden adalah 3,49, sedangan IPK terendah adalah 2,86 dan IPK tertinggi 3,94. Penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi tidak memiliki hubungan dengan IPK, meskipun status gizi mahasiswa baik belum tentu bisa mendapat IPK baik pula. Hal ini diduga karena masalah gizi masih dalam tahap ringan sehingga tidak mempengaruhi IPK. Disarankan faktor lain diteliti yaitu psikologi, sosial, serta metode dan strategi belajar.</p> Novera Herdiani Dwi Handayani Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 UPAYA MENGOPTIMALKAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN WONOKROMO SURABAYA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/351 <p>Latar belakang: Kelurahan Wonokromo memiliki pelayanan kesehatan jiwa melalui kader kesehatan jiwa (Karsewa). Hal ini merupakan upaya masyarakat dalam meningkatkan kesadaran kesehatan jiwa di Kelurahan Wonokromo melalui 5 program pokok Karsewa sejak satu tahun terakhir. Namun, kesadaran masyarakat khususnya keluarga dengan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) untuk berkunjung dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu jiwa masih kurang. Hasil kunjungan masyarakat pada posyandu jiwa bulan pertama sebanyak 10 pasien, bulan kedua sebanyak 12 pasien serta bulan ketiga sebanyak 11 pasien. Hal ini menunjukkan masih rendahnya minat dan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan posyandu jiwa. Metode: Penelitian ini deskriptif dengan tujuan mengidentifikasi peran keluarga dan masyarakat terhadap Karsewa sebagai tempat pelayanan pertama kesehatan jiwa di kelurahan Wonokromo. Hasil Penelitian: Dari 99 kasus disabilitas (termasuk gangguan jiwa) dari 42.620 penduduk pada September 2016, setelah dilakukan program pelayanan oleh Karsewa Wonokromo, pada bulan Juli 2017 didapatkan data 52 orang menderita gangguan jiwa, artinya kesadaran keluarga terhadap pengobatan ODGJ semakin meningkat demikian juga peran serta masyarakat dalam mengikuti program pokok Karsewa. Dapat disimpulkan bahwa Karsewa merupakan salah satu upaya manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat, perlu digerakkan secara berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat secara mandiri dalam hal promotif, preventif dan rehabilitatif</p> Alfi Nur Hanifah Wiwik Afridah Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 INDIKATOR AIR LAYAK MINUM DAN SANITASI LAYAK DALAM MENDUKUNG UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH TINGGAL https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/352 <p>Salah satu kebutuhan mendasar manusia selain pangan dan pakaian adalah rumah. Rumah yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait seperti penyediaan air bersih, sanitasi, kelayakan hunia, dan tersedianya pelayanan sosial. Makalah ini mencoba melihat indikator air layak minum dan sanitasi layak kesehatan lingkungan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan suatu penyakit dengan keadaan rumah tinggal dan lingkungan, kondisi tersebut membuktikan memang terdapat kaitan antara kesehatan dengan lingkungan di sekitar rumah tinggal. Beberapa indikator yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik (BPS) melalui Survey Ekonomi Nasional Tahun 2015. Dalam survey tersebut terdapat peningkatan persentase air minum layak di tahun 2015 sebesar 70,97% karena pada survey yang sama di tahun 2013 hanya sebesar 67,73% sementara di tahun 2014 sebesar 68,11%. Selain itu indikator lain seperti sanitasi layak juga mengalami peningkatan di tahun 2015 yaitu 62,14 % setelah di tahun 2014 didapat persentase 61,06 % sedangkan di tahun 2013 sebesar 60,91%. Indikator Air minum layak dan sanitasi layak diatas tersebut walau dapat menunjukkan peningkatan upaya kesehatan lingkungan yang saat ini digalakkan, perlu dicermati bahwa pemerataan peningkatannya tidak merata di setiap provinsi, masih terdapat perbedaan yang perlu dicermati kembali untuk perbaikan kedepannya</p> Sidiq Purwoko Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 GAMBARAN SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS JAGIR, KOTA SURABAYA https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/353 <p>Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah&nbsp;kesehatan yang cukup serius dan belum pernah bisa dieradikasi. Tahun 2012 kasus DBD meningkat menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi 41,25 per 100.000 penduduk. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu strategi yang memiliki peranan penting&nbsp;dalam tindakan kewaspadaan dini dan penanggulangan, pemantauan penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan&nbsp;sistem surveilans DBD yang sedang berjalan di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem&nbsp;surveilans DBD di Puskesmas Jagir sistem surveilans DBD yang sedang berjalan di Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input, proses maupun output. Permasalahan&nbsp;utama yang ditemukan dalam sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir adalah tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan laporan, sehingga&nbsp;indikator kinerja penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur capaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan&nbsp;sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan membuat absensiketepatan dan kelengkapan setiap pelaporan serta memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data petugas surveilans agar mampu menghasilkansemua informasi epidemiologis&nbsp;</p> Dwi Handayani Satriya Wijaya Merry Sunaryo Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 IDENTIFIKASI MASALAH HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DI WILAYAH PONDOK PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN, TAKERAN, MAGETAN https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/354 <p>Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer&nbsp;karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan&nbsp;mortalitas pada penyakit kardiovaskular. Pada tahun 2013, di Indonesia&nbsp;prevalensi penderita hipertensi sebesar 26,5% dari seluruh penduduk. Penyakit hipertensi banyak disebabkan oleh pola hidup sehat yang kurang&nbsp;baik dan ada beberapa disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes.&nbsp;Penelitian ini di lakukan pada masyarakat di wilayah Pondok Pesantren&nbsp;sabilil Muttaqien, Magetan. Jenis penelitian yang digunakan adalah&nbsp;penelitian deskriptif observasional, dengan rancangan cross sectional study.&nbsp;Sampel pada penelitian ini sebesar 55 responden dari populasi yang berjumlah 85 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakankuesioner dengan metode wawancara dan pemeriksaan kesehatan (tekanan darah menggunakan tensimeter dan gula darah menggunakan easy touch&nbsp;GCU 3in1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran menunjukan bahwa 64% responden memiliki tekanan darah yang tinggi. Data penunjang penelitian ini yaitu 71 % responden pada saat pemeriksaan memiliki gula darah yang tinggi, 40% responden memiliki kebiasaan merokok dan 64% responden memiliki kebiasaan makan-makanan instan. Penanganan beberapa faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi. Secara umum butuh perhatian yang ekstra dalam menangani masalah hipertensi pada masyarakat, terutama pada masyarakat yang berada di wilayah dengan akses kesehatan yang cukup jauh. Penanganan dan pencegahan hipertensi sangat diperlukan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada masyrakat</p> Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 HUBUNGAN ANTARA USIA WANITA SAAT MENIKAH PERTAMA KALI DENGAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI WILAYAH PONDOK PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN TAKERAN, MAGETAN TAHUN 2017 https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/355 <p>Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi (pengecatan)&nbsp;dari cairan liang senggama untuk dapat menegakkan secara dini kemungkinan adanya keganasan. Idealnya hubungan seksual hendaknya dilakukan oleh pasangan yang benar-benar matang. Bukan hanya berdasarkan sudah menstruasi atau belum namun juga pada kematangan selsel mukosa. Pada perkawinan usia muda mempunyai risiko lebih besar mengalami perubahan pada sel-sel mukosa yang belum matang sehingga dapat merusak sel-sel pada mulut rahim&nbsp;Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan&nbsp;metode cross sectional dengan jumlah populasi yaitu 30 orang dan jumlah&nbsp;sampel adalah total populasi. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan&nbsp;didapatkan mayoritas ibu berumur &gt;35 tahun sebesar 18 orang (60%) yang sebagian besar paritas multipara yaitu 27 orang (90%) dengan rata-rata usia menikah pertama kali pada umur &lt; 21 tahun sebanyak 24 orang (80%). Hasil Hasil tabulasi silang antara usia wanita saat menikah pertama kali&nbsp;dengan hasil pemeriksaan Pap Smear menunjukkan bahwa peserta ibu yang mengikuti pap smear dengan usia wanita saat menikah pertama kali &lt; 21&nbsp;tahun dimana hasil pemeriksaan pap smear terbanyak ditemukan kelas III yaitu sebesar 15 orang (62,5%) sedangkan pada ibu yang menikah pertama kali di usia &gt; 21 tahun dengan hasil pemeriksaan pap smear banyakditemukan kelas II yaitu sebesar 4 orang (66,7%). Disarankan bagi masyarakat khususnya wanita dianjurkan semua wanita yang sudah menikah melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur dan harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai melakukan&nbsp;hubungan seksual kemudian diulang setelah 1 tahun. Bagi petugas kesehatan dilingkungan sekitar melakukan penyuluhan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan Pap Smear</p> RR. Galuh Ajeng Indu Dewi Merry Sunaryo Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1 IMPLEMENTASI SANITASI MASJID DI WILAYAH KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FASILITAS SANITASI https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/356 <p>Masjid merupakan tempat berkumpulnya masyarakat umum untuk melaksanakan ibadah bagi umat muslim. Sehingga perlu penerapan upaya sanitasi di tempat ibadah untuk meminimalkan perindukan penyakit dan resiko penularan penyakit. Masjid di perkotaan termasuk wilayah kecamatan Wonocolo belum memenuhi persyaratan sanitasi termasuk belum memiliki fasilitas sanitasi sesuai standar persyaratan yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Masjid di Wilayah Kecamatan Wonocolo-Surabaya ditinjau dari aspek persyaratan kesehatan lingkungan.&nbsp;Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi di lapangan, untuk melihat fasilitas sanitasi masjid menggunakan form penilaian sanitasi masjid.&nbsp;Jumlah sampel penelitian ini adalah 38 masjid di wilayah kecamatan&nbsp;wonocolo. Hasil penelitian, bahwa dari 38 Masjid, sejumlah 33 Masjid dengan persentase 86,84% telah memenuhi persyaratan, dan sejumlah 5&nbsp;Masjid dengan persentase 13,16% tidak memenuhi persyaratan. Dari masjid yang tidak memenuhi syarat, yaitu pada aspek pengelolaan sampah.&nbsp;&nbsp;</p> Copyright (c) 0 2018-11-05 2018-11-05 1 1